Minggu, 05 Maret 2017

METODE PEMANTAUAN TERUMBU KARANG


METODE PEMANTAUAN TERUMBU KARANG
Penggunaan metode survei dalam menggambarkan kondisi terumbu karang biasanya disajikan dalam bentuk struktur komunitas yang terdiri atas data persentase tutupan karang hidup dan karang mati, jumlah genera, jumlah spesies, kelimpahan, frekuensi kehadiran, bentuk pertumbuhan dan indeks keanekaragaman jenis (Suharsono 1994 dalam Ferianita Fachrul, 2007).
Terkait dengan survei terumbu karang, terdapat beberapa metode yang telah dikembangkan dan umum digunakan oleh para akademisi dan praktisi, dimana masing-masing metode memiliki tujuan khusus yang berbeda serta tingkat keunggulan, kesulitan dan kekurangan yang berbeda. Metode-metode tersebut antara lain adalah;
  • Metode Manta Tow
  • Metode Line Intercept Transect (LIT)
  • Metode Belt Transect (Transek Sabuk)
  • Metode Kuadrat 
  • Metode Rapid Reef Resources Inventory (RRI)
Diantara metode-metode diatas, hanya metode belt transect yang mungkin agak kurang familiar. Berdasarkan Keputusan Kepala Badpedal No. 47 Th. 2001, pemantauan kondisi terumbu karang disarankan untuk menggunakan kombinasi metode manta tow dan LIT.

METODE MANTA TOW
Metode ini sangat sederhana dan paling mudah dilakukan; ditujukan untuk mendeskripsikan gambaran umum tipe-tipe dan jumlah habitat serta segala bentuk benthic lifeform yang ada di suatu wilayah, termasuk kondisi terumbu karang.
Dalam pelaksanaannya, manta tow memerlukan beberapa peralatan seperti perahu bermotor, papan manta, peralatan skin diving dan diagram kategori persentase tutupan karang. Secara detail, metode untuk manta tow adalah sebagai berikut;
  • Seorang pengamat (dengan menggunakan peralatan skin diving) ditarik oleh perahu pada kecepatan 3 – 5 km/jam pada suatu area studi. Pengamat memegang papan manta yang dihubungkan ke perahu dengan tali sepanjang 18 meter.
Hasil gambar untuk metode manta tow
  • Pengamatan terbagi dalam durasi 2 menit. Setiap 2 menit, perahu berhenti untuk memberi kesempatan pada pengamat untuk mencatat data pada lembar data yang ada pada papan manta. Bila pengamat telah siap untuk kembali melakukan survei, maka ia akan memberi tanda kepada operator perahu untuk melanjutkan 2 menit survei berikutnya. Prosedur ini terus berlanjut hingga semua area studi yang direncanakan telah disurvei.
  • Pengamat akan mencatat kondisi karang pada area survei berdasarkan persentase tutupan karang hidup, karang mati, soft coral dan pasir/rubble. Kategori tutupan ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Hasil gambar untuk metode manta tow
  • Jumlah maksimum tow yang direkomendasikan adalah 15 kali.
  • Ukuran papan manta yang direkomendasikan adalah 600 x 400 x 20 mm yang dilengkapi dengan pegangan untuk pengamat, lembar data, alat tulis dan diagram kategori persentase tutupan karang.


 Manta tow sangat ideal digunakan untuk memantau daerah terumbu karang yang luas dalam waktu singkat. Kelemahannya adalah terdapat kemungkinan bahwa survei secara tidak sengaja dapat dilakukan pada lokasi diluar terumbu karang, kemungkinan ada objek yang terlupa untuk dicatat bila ada terlalu banyak data yang harus diingat dan metode ini tidak cocok dilakukan di perairan dengan tingkat kecerahan rendah (> 6 meter). Di lingkungan praktisi, metode manta tow sering digunakan sebagai survei awal seleksi lokasi untuk metode LIT untuk memberikan gambaran awal lokasi studi serta agar faktor keterwakilan wilayah dapat terpenuhi.

METODE LIT (Line Intercept Transect)
LIT merupakan metode yang paling sering digunakan, ditujukan untuk menentukan komunitas bentik sesil di terumbu karang berdasarkan bentuk pertumbuhan dalam satuan persen, dan mencatat jumlah biota bentik yang ada sepanjang garis transek. Komunitas dicirikan dengan menggunakan kategori lifeform yang memberikan gambaran deskriptif morfologi komunitas karang. LIT juga digunakan untuk melakukan memonitor kondisi terumbu karang secara detail dengan pembuatan garis transek permanen. 
Metode ini memerlukan dua tingkatan kemampuan dari pencatat data. Pertama, kemampuan pencatat data untuk mengenal biota laut dan bentuk pertumbuhannya. Kedua, pencatat data harus mampu mengidentifikasi biota hingga taksa genera atau spesies. 
Metode ini dilakukan dengan melakukan penyelaman SCUBA. Sebelum melaksanakan metode LIT, dapat didahului dengan manta tow untuk memberi gambaran umum kondisi lokasi studi. Pada tiap lokasi, minimum pengamatan dilakukan pada 2 kedalaman yaitu 3 dan 10 meter. Prosedur kerja untuk LIT adalah sebagai berikut;
  • Pengamat terdiri atas minimal dua orang; satu orang bertugas untuk membuat transek sedangkan yang lainnya bertugas untuk mencatat kategori lifeform karang yang dijumpai.
  •  Transek dibuat pada dua kedalaman (3 dan 10 meter). panjang transek adalah 20 meter dengan minimum 3 kali replikasi. Garis transek dibuat dengan membentangkan roll meter yang memiliki skala sentimeter (cm).
  • Pengamat harus menguasai dan mengenal tipe-tipe bentuk pertumbuhan karang, baik karang hidup maupun biota lainnya.
  • Pengamat berenang dari titik nol hingga titik 20 meter mengikuti garis transek yang telah dibuat dan mencatat semua lifeform karang pada area yang dilalui oleh garis transek. Setiap life form harus dicatat lebarnya (hingga skala centimeter). Kategori lifeform dapat mengacu pada AIMS (English et al., 1994) atau COREMAP.
Hasil gambar untuk metode LIT
  • Bila memungkinkan, pengamat juga dapat mengidentifikasi jenis karang yang diamati minimal hingga taksa genus

  • Dalam pencatatan data, seringkali dijumpai adanya koloni yang tumpang-tindih sehingga setiap persinggungan (intercept) harus dicatat sebagai individu yang berbeda.
  • Kriteria Kondisi Tutupan Karang Didasarkan pada Persentase Tutupan Karang Hidup.

  • Kategori bentuk pertumbuhan (lifeform) karang berdasarkan AIMS (English et al., 1994).
  
Terdapat dua versi pencatatan data LIT berdasarkan kategori bentuk pertumbuhan (lifeform) karang, yaitu versi AIMS dan COREMAP. Pada dasarnya, kategori versi COREMAP merupakan penyederhanaan dari kategori versi AIMS.     

Metode Transek Kuadrat (Quadrat Transect)
Metode transek kuadrat pada umumnya digunakan untuk memantau komunitas makrobenthos di suatu perairan.  Pada survey karang metode ini pun dapat digunakan, biasanya untuk pengamatan yang meliputi kondisi biologi, pertumbuhan, tingkat kematian dan rekruitmen karang di lokasi yang ditandai secara permanen. 
Kelebihan metode tersebut, yaitu sumber informasi yang bagus dalam pemantauan laju pertumbuhan, tingkat kematian, laju rekruitmen sedimen dengan bantuan underwater photo data yang diperoleh lengkap dengan menggambar posisi biota yang ditemukan pada kuadrat.  Di samping kelebihannya, metode tersebut terdapat kekurangannya, yaitu peralatan yang digunakan tidak praktis dan susah bekerja pada lokasi yang berarus, dengan demikian metode itu hanya cocok pada luasan perairan yang kecil karena trap tidak bisa ditinggal dalam waktu lama dan tidak efektif pada daerah yang berarus, sedangkan proses kerjanya lambat dan membutuhkan waktu lebih lama.

BELT TRANSECT METHODS
Belt Transek atau yang biasa dikenal dengan nama metode transek sabuk dimana transek sabuk digunakan untukmenggambarkan kondisi populasi suatu jenis karang yang mempunyai ukuran relatif beragam atau mempunyai ukuran maksimum tertentu misalnya karang dari genus Fungia. Metode ini juga biasa digunakan untuk survey ikan indikator karang, kesehatan karang dan kerusakan karang, jumlah koloni diameter terbesar dan jumlah jenis di suatu daerah terumbu karang.

Gambar terkaitGambar. Metode Transek sabuk atau Belt Transect Methods

Peralatan yang dibutuhkan
Adapun peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan survey menggunakan metode transek sabuk / belt trabsect, sebagai berikut:
1. Meteran 
2. Tongkat dengan panjang 2.5 m
3. Alat dasar (Masker, snorkel dan fins)
4. Scuba set (BCD dan Regulator)
5. Pemberat
6. Tabung selam
7. Sabak/ kertas underwater
8. Pensil dan penghapus
9. Kamera underwater
10. Boat/ kapal
11. Tali/ tasi

Prosuder Kerja Belt Transect

Adapun prosuder kerja dalam pelaksanaan survey menggunakan metode transek sabuk atau belt transect adalah sebagai berikut:
1.                 Penyelam menggelar meteran sepanjang 100 meter dikedalaman tertentu (Biasanya pada kedalaman 3-5 meter dan 6-10 meter), atau penyelam menggelar 2 meteran sepanjang 100 meter dikedalaman yang sama dengan jarak meteran atara meteran 1 dengan meteran yang lain yaitu 5 meter.
2.                 Kedua penyelam menggunakan tongkat tadi untuk memperkirakan jarak ketika meteran yang digunakan Cuma satu.
3.                 Pengambilan data dilakukan dengan:Pengambilan data dilakukan dengan memilih salah satu proses pengambilan data dimana sebagai berikut: (1) Mendata Keseluruhan panjang metera. (2) Membagi meteran dalam 4 segmen yaitu: 0-20 meter, 25-45 meter, 50-70 meter, dan 75-95 meter. Perlu ada spasi atau jarak diantara segemen yaitu 5 meter.
4.                 Pengambilan dan pengamatan data dilakukan dengan bergerak seoerti huruf U.
5.                 Mencatat dan mendata objek kajian.
6.                 Pengolahan data.
Objek Pengamatan metode Belt Transect.
Objek kajian pengamatan metode transek sabuk/ belt transect yaitu:
1. Invertebrata
- Banded Coral Shrimp (Stenopus hispidus)
- Acanthaster planci/ Crown of Thorns Starfish (CoTs)
- Spiny lobster (Panulirus spp.)
- long-spined black sea urchins (Diadema spp.)
- Giant clams (Tridacna spp.)
- Pencil urchin (Heterocentrotus mammilatus)
- Sea cucumber (Thelonota ananas, Stichopus chloronotus, Holothoria edulis)
- Triton (Charonia spp.)
- Drupella spp. Snails
- Collector urchin (Tripneuste spp. )
- Trochus (Trochus niloticus)
- Anemone
2. Ikan/ fish
- Butterfly fish/ Ikan kupu-kupu/iken kepe-kepe/ (Chaetodontidae)
- Grouper/ Ikan kerapu dengan ukuran > 30 cm (Serranidae)
- Baramundi cod (Cromileptes altivelis)
- Snapper (Lutjanidae)
- Humphead wrasse/ Ikan napoleon (Cheilinus undulates)
- Parrotfish dengan ukuran > 20 cm (Scaridae)
- Bumphead parrotfish (Bolbometopon muricatum)
- Sweetlips (Haemulidae)
- Moray eel (Muraenidae)
3. Dampak/ Impact
- Coral demage: boat/ anchor
- Coral demage: dynamite
- Coral damage: other
- Trash: fishing nets
- Trash: Fishing line
- Trash: general
- Bleaching (% of coral population)
- Bleaching (% of colony)
- Disease (% presence of disease of Coral population)
- Drupella sp. Scars
- Crown of Thornes starfish scars
- Others Scars.

Kelebihan metode belt transect
Setiap metode memiliki kelebihan masing-masing, begitupun dengan metode belt transect atau metode sabuk memiliki kelebihan seperti di bawah ini:
1.                 Pencatatan data jumlah individu lebih teliti
2.                 Data yang diperoleh mempunyai akurasi yang cukup tinggi dan dapat mengambarkan struktur populasi karang.

Kekurangan metode belt transect
Selain kelebihan, metode transek sabuk/ belt transect memiliki kekuranganseperti berikut:
1.                 Membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi karang secara langsung dan dibutuhkan penyelaman yang baik
2.                 Waktu yang dibutuhkan cukup lama.

Metode lain yang biasa digunakan yang merupakan pengembangan dari metode sabuk/belt transect adalah video belt transect atau video transect sabuk. Metode ini menggunakan video dimana pengambilan data dilakukan sepanjang transect  dan kemudian diputar kembali secara berulang untuk menghitung data keberadaan karang, ikan dan sebagainya. Metode ini memiliki keuntungan yaitu waktu penyelaman relative lebih singkat atau lebih efisien, tidak membutuhkan biaya dan tenaga. Hanya saja peralatan underwater video yang masih tergolong mahalbagi eneliti di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar