METODE PEMANTAUAN TERUMBU KARANG
Penggunaan metode survei dalam
menggambarkan kondisi terumbu karang biasanya disajikan dalam bentuk struktur
komunitas yang terdiri atas data persentase tutupan karang hidup dan karang
mati, jumlah genera, jumlah spesies, kelimpahan, frekuensi kehadiran, bentuk
pertumbuhan dan indeks keanekaragaman jenis (Suharsono 1994 dalam Ferianita Fachrul, 2007).
Terkait dengan survei terumbu karang,
terdapat beberapa metode yang telah dikembangkan dan umum digunakan oleh para
akademisi dan praktisi, dimana masing-masing metode memiliki tujuan khusus yang
berbeda serta tingkat keunggulan, kesulitan dan kekurangan yang berbeda.
Metode-metode tersebut antara lain adalah;
- Metode Manta
Tow
- Metode Line
Intercept Transect (LIT)
- Metode Belt
Transect (Transek
Sabuk)
- Metode
Kuadrat
- Metode Rapid
Reef Resources Inventory (RRI)
Diantara metode-metode diatas, hanya
metode belt transect yang mungkin agak kurang
familiar. Berdasarkan Keputusan Kepala Badpedal No. 47 Th. 2001,
pemantauan kondisi terumbu karang disarankan untuk menggunakan kombinasi metode manta
tow dan LIT.
METODE MANTA TOW
Metode ini sangat sederhana dan
paling mudah dilakukan; ditujukan untuk mendeskripsikan gambaran umum tipe-tipe
dan jumlah habitat serta segala bentuk benthic lifeform yang ada di suatu wilayah, termasuk
kondisi terumbu karang.
Dalam pelaksanaannya, manta tow memerlukan beberapa peralatan seperti
perahu bermotor, papan manta, peralatan skin diving dan diagram kategori persentase
tutupan karang. Secara detail, metode untuk manta tow adalah sebagai berikut;
- Seorang pengamat (dengan menggunakan peralatan skin diving) ditarik oleh perahu pada kecepatan 3 – 5 km/jam pada suatu area studi. Pengamat memegang papan manta yang dihubungkan ke perahu dengan tali sepanjang 18 meter.
- Pengamatan
terbagi dalam durasi 2 menit. Setiap 2 menit, perahu berhenti untuk
memberi kesempatan pada pengamat untuk mencatat data pada lembar data yang
ada pada papan manta. Bila pengamat telah siap untuk kembali melakukan
survei, maka ia akan memberi tanda kepada operator perahu untuk
melanjutkan 2 menit survei berikutnya. Prosedur ini terus berlanjut hingga
semua area studi yang direncanakan telah disurvei.
- Pengamat
akan mencatat kondisi karang pada area survei berdasarkan persentase
tutupan karang hidup, karang mati, soft
coral dan
pasir/rubble. Kategori tutupan ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
- Jumlah
maksimum tow yang
direkomendasikan adalah 15 kali.
- Ukuran
papan manta yang direkomendasikan adalah 600 x 400 x 20 mm yang dilengkapi
dengan pegangan untuk pengamat, lembar data, alat tulis dan diagram
kategori persentase tutupan karang.
Manta tow sangat
ideal digunakan untuk memantau daerah terumbu karang yang luas dalam waktu
singkat. Kelemahannya adalah terdapat kemungkinan bahwa survei secara tidak
sengaja dapat dilakukan pada lokasi diluar terumbu karang, kemungkinan ada
objek yang terlupa untuk dicatat bila ada terlalu banyak data yang harus
diingat dan metode ini tidak cocok dilakukan di perairan dengan tingkat
kecerahan rendah (> 6 meter). Di lingkungan praktisi, metode manta
tow sering digunakan sebagai survei awal seleksi lokasi untuk metode
LIT untuk memberikan gambaran awal lokasi studi serta agar faktor keterwakilan
wilayah dapat terpenuhi.
METODE LIT (Line Intercept Transect)
LIT merupakan metode yang paling
sering digunakan, ditujukan untuk menentukan komunitas bentik sesil di terumbu
karang berdasarkan bentuk pertumbuhan dalam satuan persen, dan mencatat jumlah
biota bentik yang ada sepanjang garis transek. Komunitas dicirikan dengan
menggunakan kategori lifeform yang memberikan gambaran deskriptif morfologi
komunitas karang. LIT juga digunakan untuk melakukan memonitor kondisi terumbu
karang secara detail dengan pembuatan garis transek permanen.
Metode ini memerlukan dua tingkatan
kemampuan dari pencatat data. Pertama, kemampuan pencatat data untuk mengenal
biota laut dan bentuk pertumbuhannya. Kedua, pencatat data harus mampu
mengidentifikasi biota hingga taksa genera atau spesies.
Metode ini dilakukan dengan melakukan
penyelaman SCUBA. Sebelum melaksanakan metode LIT, dapat didahului dengan manta tow untuk memberi gambaran umum kondisi
lokasi studi. Pada tiap lokasi, minimum pengamatan dilakukan pada 2 kedalaman
yaitu 3 dan 10 meter. Prosedur kerja untuk LIT adalah sebagai berikut;
- Pengamat
terdiri atas minimal dua orang; satu orang bertugas untuk membuat transek
sedangkan yang lainnya bertugas untuk mencatat kategori lifeform karang
yang dijumpai.
- Transek
dibuat pada dua kedalaman (3 dan 10 meter). panjang transek adalah 20
meter dengan minimum 3 kali replikasi. Garis transek dibuat dengan
membentangkan roll meter yang memiliki skala sentimeter (cm).
- Pengamat
harus menguasai dan mengenal tipe-tipe bentuk pertumbuhan karang, baik
karang hidup maupun biota lainnya.
- Pengamat
berenang dari titik nol hingga titik 20 meter mengikuti garis transek yang
telah dibuat dan mencatat semua lifeform karang
pada area yang dilalui oleh garis transek. Setiap life
form harus
dicatat lebarnya (hingga skala centimeter). Kategori lifeform dapat
mengacu pada AIMS (English et
al., 1994) atau COREMAP.
- Bila memungkinkan, pengamat juga dapat mengidentifikasi jenis karang yang diamati minimal hingga taksa genus
- Dalam pencatatan data, seringkali dijumpai adanya koloni yang tumpang-tindih sehingga setiap persinggungan (intercept) harus dicatat sebagai individu yang berbeda.
- Kriteria
Kondisi Tutupan Karang Didasarkan pada Persentase Tutupan Karang Hidup.
- Kategori
bentuk pertumbuhan (lifeform) karang berdasarkan AIMS (English et
al., 1994).
Terdapat dua versi pencatatan data LIT berdasarkan kategori bentuk pertumbuhan (lifeform) karang, yaitu versi AIMS dan COREMAP. Pada dasarnya, kategori versi COREMAP merupakan penyederhanaan dari kategori versi AIMS.
Metode Transek Kuadrat (Quadrat Transect)
Metode transek kuadrat pada umumnya digunakan untuk memantau
komunitas makrobenthos di suatu perairan. Pada survey karang metode ini pun
dapat digunakan, biasanya untuk pengamatan yang meliputi kondisi biologi,
pertumbuhan, tingkat kematian dan rekruitmen karang di lokasi yang ditandai
secara permanen.
Kelebihan metode tersebut, yaitu sumber informasi yang bagus
dalam pemantauan laju pertumbuhan, tingkat kematian, laju rekruitmen sedimen
dengan bantuan underwater photo data yang diperoleh lengkap dengan
menggambar posisi biota yang ditemukan pada kuadrat. Di samping kelebihannya, metode
tersebut terdapat kekurangannya, yaitu peralatan yang digunakan tidak praktis
dan susah bekerja pada lokasi yang berarus, dengan demikian metode itu hanya
cocok pada luasan perairan yang kecil karena trap tidak bisa ditinggal dalam waktu lama
dan tidak efektif pada daerah yang berarus, sedangkan proses kerjanya lambat
dan membutuhkan waktu lebih lama.
BELT TRANSECT METHODS
Belt Transek atau yang biasa dikenal
dengan nama metode transek sabuk dimana transek sabuk digunakan
untukmenggambarkan kondisi populasi suatu jenis karang yang mempunyai ukuran
relatif beragam atau mempunyai ukuran maksimum tertentu misalnya karang dari genus Fungia. Metode ini juga biasa digunakan untuk survey ikan indikator
karang, kesehatan karang dan kerusakan karang, jumlah koloni diameter terbesar
dan jumlah jenis di suatu daerah terumbu karang.
Peralatan yang dibutuhkan
Adapun peralatan yang dibutuhkan
dalam melakukan survey menggunakan metode transek sabuk / belt trabsect, sebagai berikut:
1. Meteran
2. Tongkat dengan panjang 2.5 m
3. Alat dasar (Masker, snorkel dan fins)
4. Scuba set (BCD dan Regulator)
5. Pemberat
6. Tabung selam
7. Sabak/ kertas underwater
8. Pensil dan penghapus
9. Kamera underwater
10. Boat/ kapal
11. Tali/ tasi
Prosuder Kerja Belt Transect
Adapun prosuder kerja dalam
pelaksanaan survey menggunakan metode transek sabuk atau belt transect adalah sebagai berikut:
1.
Penyelam menggelar meteran sepanjang
100 meter dikedalaman tertentu (Biasanya pada kedalaman 3-5 meter dan 6-10
meter), atau penyelam menggelar 2 meteran sepanjang 100 meter dikedalaman yang
sama dengan jarak meteran atara meteran 1 dengan meteran yang lain yaitu 5
meter.
2.
Kedua penyelam menggunakan tongkat
tadi untuk memperkirakan jarak ketika meteran yang digunakan Cuma satu.
3.
Pengambilan data dilakukan
dengan:Pengambilan data dilakukan dengan memilih salah satu proses pengambilan
data dimana sebagai berikut: (1) Mendata Keseluruhan panjang metera. (2)
Membagi meteran dalam 4 segmen yaitu: 0-20 meter, 25-45 meter, 50-70 meter, dan
75-95 meter. Perlu ada spasi atau jarak diantara segemen yaitu 5 meter.
4.
Pengambilan dan pengamatan data
dilakukan dengan bergerak seoerti huruf U.
5.
Mencatat dan mendata objek kajian.
6.
Pengolahan data.
Objek Pengamatan metode Belt
Transect.
Objek kajian pengamatan metode
transek sabuk/ belt transect yaitu:
1. Invertebrata
- Banded Coral Shrimp (Stenopus
hispidus)
- Acanthaster planci/ Crown of Thorns Starfish (CoTs)
- Spiny lobster (Panulirus spp.)
- long-spined black sea urchins (Diadema spp.)
- Giant clams (Tridacna spp.)
- Pencil urchin (Heterocentrotus
mammilatus)
- Sea cucumber (Thelonota ananas,
Stichopus chloronotus, Holothoria edulis)
- Triton (Charonia spp.)
- Drupella spp. Snails
- Collector urchin (Tripneuste spp. )
- Trochus (Trochus niloticus)
- Anemone
2. Ikan/ fish
- Butterfly fish/ Ikan kupu-kupu/iken
kepe-kepe/ (Chaetodontidae)
- Grouper/ Ikan kerapu dengan ukuran
> 30 cm (Serranidae)
- Baramundi cod (Cromileptes altivelis)
- Snapper (Lutjanidae)
- Humphead wrasse/ Ikan napoleon (Cheilinus
undulates)
- Parrotfish dengan ukuran > 20 cm
(Scaridae)
- Bumphead parrotfish (Bolbometopon
muricatum)
- Sweetlips (Haemulidae)
- Moray eel (Muraenidae)
3. Dampak/ Impact
- Coral demage: boat/ anchor
- Coral demage: dynamite
- Coral damage: other
- Trash: fishing nets
- Trash: Fishing line
- Trash: Fishing line
- Trash: general
- Bleaching (% of coral population)
- Bleaching (% of colony)
- Disease (% presence of disease of
Coral population)
- Drupella sp. Scars
- Crown of Thornes starfish scars
- Others Scars.
Kelebihan metode belt transect
Setiap metode memiliki kelebihan
masing-masing, begitupun dengan metode belt transect atau metode sabuk memiliki
kelebihan seperti di bawah ini:
1.
Pencatatan data jumlah individu lebih
teliti
2.
Data yang diperoleh mempunyai akurasi
yang cukup tinggi dan dapat mengambarkan struktur populasi karang.
Kekurangan metode belt transect
Selain kelebihan, metode transek
sabuk/ belt transect memiliki kekuranganseperti berikut:
1.
Membutuhkan keahlian untuk
mengidentifikasi karang secara langsung dan dibutuhkan penyelaman yang baik
2.
Waktu yang dibutuhkan cukup lama.
Metode lain yang biasa digunakan yang
merupakan pengembangan dari metode sabuk/belt transect adalah video belt transect atau video transect sabuk. Metode ini
menggunakan video dimana pengambilan data dilakukan sepanjang transect
dan kemudian diputar kembali secara berulang untuk menghitung data
keberadaan karang, ikan dan sebagainya. Metode ini memiliki keuntungan yaitu waktu
penyelaman relative lebih singkat atau lebih efisien, tidak membutuhkan biaya
dan tenaga. Hanya saja peralatan underwater video yang masih tergolong
mahalbagi eneliti di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar