Identifikasi
Kawasan Rentan Terhadap Abrasi di Pesisir Kabupaten Tuban
Di susun oleh :
Kelompok 15-Abrasi
Nama- Nama
kelompok : Nella risa ginting
Tegar budiharto
Rusdi
andika amri
Nama dosen pengampu :
Yar johan. S.Pi.M.Si

PRODI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
PENDAHULUAN
Jurnal mengenai identifikasi kawasan rentan terhadap abrasi di
pesisir kabupaten tuban ini adalah Salah satu kawasan pesisir yang rentan
terhadap kerusakan lingkungan akibat abrasi adalah kawasan pesisir Kabupaten
Tuban. Dari hasil hasil overlay selama 1993 hingga 2009, setidaknya 3,6 juta m2
wilayah pesisir Kabupaten Tuban hilang akibat abrasi, dan rata-rata setiap
tahun abrasi memakan 5-6 meter wilayah pesisir dan dalam rentang tahun
2002-2012 total panjang pantai yang mengalami abrasi sebesar 7.630 m dengan
total lebar abrasi sebesar 272 m.
Penulis melakukan penelitian berdasarkan
hasil ekspedisinya Di sepanjang pesisir Kabupaten Tuban terdapat banyak
infrastruktur dan pusat-pusat kegiatan, antara lain jalan arteri primer Pantura
yang menghubungkan Jawa Timur- Jawa Barat, pelabuhan, pergudangan, industri,
permukiman, dan pariwisata. Kawasan pesisir tersebut direncanakan sebagai kawasan Industri Terpadu Jawa Timur dengan
adanya rencana pembangunan pelabuhan, pengembangan kota perikanan dan
pelabuhan, serta pengembangan kawasan minapolitan [4]. Sebagai pusat kegiatan
dan ekonomi, kawasan pesisir Kabupaten Tuban tersebut rentan terancam
keberlanjutan perkembangannya jika abrasi tidak segera diatasi. Kerentanan (vulnerability)
adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor- faktor atau proses-proses
fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan
masyarakat dalam menghadapi bahaya (hazards) [5]. Sehingga tujuan dari
penelitian ini adalah melakukan identifikasi kawasan rentan terhadap abrasi di
pesisir Kabupaten Tuban. Tujuan penelitian dicapai dengan menggunakan dua
sasaran, yaitu penentuan derajat pengaruh faktor penelitian terhadap kerentanan
abrasi, serta penentuan zonasi kerentanan berdasarkan karakteristik kerentanan
terhadap abrasi.
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui identifikasi kawasan rentan abrasi di pesisisr kabupaten
tuban, dan diharapkan untuk data yang tersedia dapat memperbaiki dan
mendapatkan masukan dan perbaikan untuk abrasi yang terjadi
METODE
PENELITIAN
Pada penelitisnnya penulis ini
melakukan pengkajian di adalah 22 desa yang ada di pesisir Kabupaten Tuban,
yaitu Desa Panyuran, Tasikmadu, Kradenan, Gesikharjo, Palang, Glodog, Leran
Kulon, Karangagung, Beji, Mentoso, Remen, Kaliuntu, Socorejo, Sugihwaras, Tasikharjo,
Jenu, Wadung, Gadon, Tambakboyo, Pabean, Bancar, dan Sukolilo.
Mengidentifikasi kerentanan kawasan, digunakan 4 faktor, yaitu
faktor lingkungan, faktor fisik, faktor sosial, dan faktor ekonomi. Faktor
lingkungan terdiri dari variabel luasan kawasan resapan air, luasan hutan
mangrove, dan luasan kawasan terumbu karang. Faktor fisik terdiri dari variabel
presentase kawasan terbangun, kepadatan bangunan, panjang jalan, jaringan
listrik, jaringan telekomunikasi, dan jaringan PDAM. Faktor sosial terdiri dari
variabel kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, dan presentase penduduk
usia lansia dan balita. Faktor ekonomi terdiri dari variabel presentase
penduduk yang bekerja di sektor rentan dan presentase penduduk miskin.
Dalam menentukan derajat
pengaruh faktor, teknik analisa

PENGAMBILAN
DATA
Penelitian ini penulis melakukan
survey yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) setelah
terlebih dahulu menentukan responden melalui analisa stakeholder. Sedangkan
untuk menentukan zonasi kerentanan kawasan menggunakan teknik analisa Weighted
Overlay.
AHP adalah teknik analisa yang mengorganisasikan suatu informasi
untuk menentukan alternatif pilihan yang paling disukai (prioritas) berdasarkan
persepsi rasional seseorang (expert/tenaga ahli). Persepsi tenaga ahli
ini dihasilkan dari kuisioner AHP yang telah disebar sebelumnya .Weighted
Overlay merupakan salah satu fasilitas yang ada dalam ArcGis 9.3 yang
mengkombinasikan berbagai macam input dalam bentuk peta grid dengan pembobotan
(weighted faktor) dari AHP sehingga menghasilkan analisis yang terintegrasi.
Hasil peta keluaran menunjukkan pengaruh tiap input tersebut pada suatu wilayah
geografis
klasifikasi dilakukan dengan 5 kelas faktor, yaitu sangat rendah
dengan nilai 1, rendah (2), sedang (3), tinggi (4), dan sangat tinggi (5).
Setelah ditentukan klasifikasi faktor, selanjutnya adalah menentukan bobot
pengaruh faktor dan variabel. Bobot pengaruh faktor dan variabel yang digunakan
adalah bobot hasil perhitungan AHP pada sasaran sebelumnya. Dikarenakan dalam
analisa Weighted Overlay bobot pengaruh harus dalam bentuk persen, maka
bobot pengaruh ini juga akan dikonversi ke dalam persen. Perhitungan analisa Weighted
Overlay dilakukan untuk semua faktor kerentanan, yaitu kerentanan lingkungan,
kerentanan fisik, kerentanan sosial, dan kerentanan ekonomi. Untuk faktor
kerentanan lingkungan, klasifikasi juga dilakukan melalui 5 kelas kerentanan
dengan bobot variabel kawasan resapan air sebesar 16,2%, variabel kawasan hutan
mangrove dengan bobot 63,7%, dan kawasan terumbu karang dengan bobot 20,1%.
Dari hasil analisa, didapat hasil bahwa terdapat 4 zona kerentanan lingkungan,
yaitu zona kerentanan lingkungan sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat
rendah. Untuk faktor kerentanan fisik, klasifikasi juga dilakukan melalui 5
kelas kerentanan dengan bobot variabel presentase kawasan terbangun sebesar
26,4%, kepadatan bangunan sebesar17,6%, panjang jalan sebesar 28,2%, jaringan
listrik sebesar 15,2%, jaringan telekomunikasi sebesar 4,9%, dan jaringan PDAM
sebesar 7,7%. Dari hasil analisa, didapat hasil bahwa terdapat 2 zona
kerentanan fisik, yaitu zona kerentanan fisik sedang dan zona kerentanan fisik
rendah (Gambar 2). Untuk faktor kerentanan sosial, klasifikasi juga dilakukan
melalui 5 kelas kerentanan dengan bobot variabel kepadatan penduduk sebesar
29,5%, laju pertumbuhan penduduk sebesar 35,7%, dan presentase penduduk usia
lansia- balita sebesar 34,8%. Dari hasil analisa, didapat hasil bahwa terdapat
3 zona kerentanan sosial, yaitu zona kerentanan sosial sedang, zona kerentanan
sosial rendah, dan zona kerentanan sosial sangat rendah
Faktor kerentanan ekonomi, klasifikasi juga dilakukan melalui 5
kelas kerentanan dengan bobot variabel presentase penduduk yang bekerja di
sektor rentan sebesar 64,1% dan presentase penduduk miskin sebesar 35,9%. Dari
hasil analisa, didapat hasil bahwa terdapat 2 zona kerentanan ekonomi, yaitu
zona kerentanan ekonomi tinggi dan zona kerentanan ekonomi sedang. Setelah
ditemukan peta per faktor kerentanan, selanjutnya dilakukan analisa kerentanan
kawasan secara keseluruhan dari semua faktor. Bobot pengaruh yang digunakan
berdasarkan hasil analisa AHP untuk kelompok faktor kerentanan, yaitu
kerentanan lingkungan, kerentanan fisik, kerentanan sosial, dan kerentanan
ekonom, yaitui: - Kerentanan lingkungan : 0,295 atau 29,5% - Kerentanan fisik :
0,358 atau 35,8% - Kerentanan sosial : 0,144 atau14,4% - Kerentanan ekonomi :
0,203 atau 20,3% Formula yang digunakan untuk menentukan zona kerentanan
keseluruhan dalam analisa Weight Overlay yaitu: {29,5 * (Lingkungan_raster) +
35,8 * (Fisik_raster) + 14,4 * (Sosial_raster) + 20,3 * (Ekonomi_raster) }
Dalam penentuan zona kerentanan, digunakan lima kelas kerentanan
dengan nilai sebagai berikut: - Zona kerentanan sangat rendah dengan nilai 1 -
Zona kerentanan rendah dengan nilai 2 - Zona kerentanan sedang dengan nilai 3 -
Zona kerentanan tinggi dengan nilai 4 - Zona kerentanan sangat tinggi dengan
nilai 5
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini penulis mendapatkan Dari analisa, didapat hasil bahwa
faktor kerentanan yang paling mempengaruhi kerentanan terhadap bencana abrasi
adalah faktor kerentanan fisik dengan nilai Eigen Value 0,358, kemudian
kerentanan lingkungan dengan Eigen Value 0,295, kerentanan ekonomi
dengan Eigen Value 0,203, dan kerentanan sosial dengan Eigen Value 0,144.
Sedangkan rasio konsistensi (CR) dalam pembobotan faktor kerentanan sebesar
0,00093.
Hasil analisa, didapat hasil bahwa
di kawasan penelitian terdapat dua zona kerentanan terhadap bencana abrasi,
yaitu kerentanan rendah dan kerentanan sedang. Zona kerentanan rendah terdapat
di Desa Karangagung, Glodok, Leren Kulon, Gesikharjo, Kradenan, Tasikmadu,
Panyuran, Beji, Kaliuntu, Wadung, Mentoso, Remen, Tambakboyo, Pabean, Gadon,
Bancar, Sukolilo. Sementara zona kerentanan sedang berada di Desa Palang, Desa
Sugihwaras, Desa Jenu, Desa Tasikharjo, dan Desa Socorejo Walaupun tingkat
kerentanan menunjukkan kerentanan rendah dan sedang, namun ada kemungkinan
terjadi peningkatan kerentanan akibat fenomena climate change sehingga harus
segera diatasi. Untuk lebih jelasnya, zona tingkat kerentanan terhadap bencana
abrasi
Penulis membhasa hasil yang
didapatkan ini berdasarkan pengamatan yang menggunakan analisa Weighted
Overlay GIS di kabupaten Tuban
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang terdapat di dalam jurnal adalah faktor kerentanan yang
memiliki derajat pengaruh terbesar yaitu faktor kerentanan fisik dan faktor
yang memiliki derajat pengaruh terendah adalah faktor kerentanan sosial.
Terdapat dua zona kerentanan di kawasan penelitian, yaitu zona kerentanan
rendah dan zona kerentanan sedang. Zona kerentanan rendah terdapat di Desa
Karangagung, Glodok, Leren Kulon, Gesikharjo, Kradenan, Tasikmadu, Panyuran,
Beji, Kaliuntu, Wadung, Mentoso, Remen, Tambakboyo, Pabean, Gadon, Bancar,
Sukolilo. Sementara zona kerentanan sedang berada di Desa Palang, Desa
Sugihwaras, Desa Jenu, Desa Tasikharjo, dan Desa Socorejo.kesimpulan yang
didapatkan ini adalah tujuan dari penulis dalam melakukan penelitiannnya
DAFTAR
PUSTAKA
Miyasyiwi, Seztifa dan Prasetya, Hendra. 2011.
Penanggulagan Abrasi, Erosi, Dan Tsunami dengan Optimalisasi Vegetasi Dan
Kontrol Biologis. Bogor: Jurnal Institut Pertanian Bogor.
Carter, R.W.G. 1993. Coastal
Environment. London. Academic Press Limited.
Data Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Tuban. 2012. RTRW Kabupaten Tuban. 2012.
Disaster Recovery and
Mitigation Handbook Tahun 2004 .
Saaty, Thomas. 1970.
Analytical Hierarchy Process. Arc GIS Help.
Utami, Veranita Hadyanti.
2013. Arahan Adaptasi Kawasan Rawan Abrasi Berdasarkan Kerentanan Masyarakat di
Pesisir Kabupaten Tuban. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Pertanyaan-pertanyaan
1.Tri Anggita
Pada peta
perfaktor kerentanan, bobot pengaruh yang digunakan berdasarkan hasil AHP untuk
semua kerentanan berapa?
Jawaban : pada bobot ini
memiliki 4 kerentanan yaitu
Kerentanan
lingkungan : 0,295 atau 29.5 %
Kerentanan fisik : 0,358 atau 35,8 %
Kerentanan social : 0,144 atau 14,4 %
Kerentanan ekonomi : 0,203
atau 20,3 %
2.Fransiska
siagian
Pada metode
bagaimana penjelasannya tentang setiap metode
Jawaban : metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode yang dilakukan pada penyebaran
kuesinoer kepada responden terkait bobot kepentingan yang telah ditentukan .
Metode Weighted Overlay GIS analisis yang menentukan klasifikasi tingkat factor
3.Erfina lija
pahma
Apa apa saja
dampak positif dan negative pada abrasi
Jawaban :
NEGATIF
Pertama, penyusutan area pantai. Penyusutan area
pantai merupakan dampak yang paling jelas dari abrasi. Gelombang dan arus laut
yang biasanya membantu jalur berangkat dan pulang nelayan ataupun memberi
pemandangan dan suasana indah di pinggir pantai kemudian menjadi mengerikan.
Kedua, rusaknya hutan bakau. Penanaman hutan bakau
yang sejatinya ditujukan untuk menangkal dan mengurangi resiko abrasi pantai
juga berpotensi gagal total jika abrasi pantai sudah tidak bisa dikendalikan.
Ketiga, hilangnya tempat berkumpul ikan perairan
pantai. Ini merupakan konsekuensi logis yang terjadi dengan terkikisnya daerah
pantai yang diawali gelombang dan arus laut yang destruktif.
POSITIF
Abrasi ini sangat
menguntungkan penambang pasir karna bisa mempermudah dalam pengerjaan tambang
pasir tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar