Kamis, 14 April 2016

riview jurnal tentang abrasi kelompok 15 ABRASI (nella risa ginting, tegar budiharto, rusdi andika amri)




Identifikasi Kawasan Rentan Terhadap Abrasi di Pesisir Kabupaten Tuban
Di susun oleh :
Kelompok 15-Abrasi

  Nama- Nama kelompok       :            Nella risa ginting
                        Tegar budiharto
                             Rusdi andika amri

 Nama dosen pengampu      :          Yar johan. S.Pi.M.Si

PRODI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
PENDAHULUAN
Jurnal mengenai identifikasi kawasan rentan terhadap abrasi di pesisir kabupaten tuban ini adalah Salah satu kawasan pesisir yang rentan terhadap kerusakan lingkungan akibat abrasi adalah kawasan pesisir Kabupaten Tuban. Dari hasil hasil overlay selama 1993 hingga 2009, setidaknya 3,6 juta m2 wilayah pesisir Kabupaten Tuban hilang akibat abrasi, dan rata-rata setiap tahun abrasi memakan 5-6 meter wilayah pesisir dan dalam rentang tahun 2002-2012 total panjang pantai yang mengalami abrasi sebesar 7.630 m dengan total lebar abrasi sebesar 272 m.
 Penulis melakukan penelitian berdasarkan hasil ekspedisinya Di sepanjang pesisir Kabupaten Tuban terdapat banyak infrastruktur dan pusat-pusat kegiatan, antara lain jalan arteri primer Pantura yang menghubungkan Jawa Timur- Jawa Barat, pelabuhan, pergudangan, industri, permukiman, dan pariwisata. Kawasan pesisir tersebut direncanakan sebagai  kawasan Industri Terpadu Jawa Timur dengan adanya rencana pembangunan pelabuhan, pengembangan kota perikanan dan pelabuhan, serta pengembangan kawasan minapolitan [4]. Sebagai pusat kegiatan dan ekonomi, kawasan pesisir Kabupaten Tuban tersebut rentan terancam keberlanjutan perkembangannya jika abrasi tidak segera diatasi. Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor- faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat dalam menghadapi bahaya (hazards) [5]. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi kawasan rentan terhadap abrasi di pesisir Kabupaten Tuban. Tujuan penelitian dicapai dengan menggunakan dua sasaran, yaitu penentuan derajat pengaruh faktor penelitian terhadap kerentanan abrasi, serta penentuan zonasi kerentanan berdasarkan karakteristik kerentanan terhadap abrasi.

TUJUAN
            Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui identifikasi kawasan rentan abrasi di pesisisr kabupaten tuban, dan diharapkan untuk data yang tersedia dapat memperbaiki dan mendapatkan masukan dan perbaikan untuk abrasi yang terjadi



METODE PENELITIAN
            Pada penelitisnnya penulis ini melakukan pengkajian di adalah 22 desa yang ada di pesisir Kabupaten Tuban, yaitu Desa Panyuran, Tasikmadu, Kradenan, Gesikharjo, Palang, Glodog, Leran Kulon, Karangagung, Beji, Mentoso, Remen, Kaliuntu, Socorejo, Sugihwaras, Tasikharjo, Jenu, Wadung, Gadon, Tambakboyo, Pabean, Bancar, dan Sukolilo.
Mengidentifikasi kerentanan kawasan, digunakan 4 faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor fisik, faktor sosial, dan faktor ekonomi. Faktor lingkungan terdiri dari variabel luasan kawasan resapan air, luasan hutan mangrove, dan luasan kawasan terumbu karang. Faktor fisik terdiri dari variabel presentase kawasan terbangun, kepadatan bangunan, panjang jalan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, dan jaringan PDAM. Faktor sosial terdiri dari variabel kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, dan presentase penduduk usia lansia dan balita. Faktor ekonomi terdiri dari variabel presentase penduduk yang bekerja di sektor rentan dan presentase penduduk miskin.

 Dalam menentukan derajat pengaruh faktor, teknik analisa

PENGAMBILAN DATA

            Penelitian ini penulis melakukan survey yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) setelah terlebih dahulu menentukan responden melalui analisa stakeholder. Sedangkan untuk menentukan zonasi kerentanan kawasan menggunakan teknik analisa Weighted Overlay.
AHP adalah teknik analisa yang mengorganisasikan suatu informasi untuk menentukan alternatif pilihan yang paling disukai (prioritas) berdasarkan persepsi rasional seseorang (expert/tenaga ahli). Persepsi tenaga ahli ini dihasilkan dari kuisioner AHP yang telah disebar sebelumnya .Weighted Overlay merupakan salah satu fasilitas yang ada dalam ArcGis 9.3 yang mengkombinasikan berbagai macam input dalam bentuk peta grid dengan pembobotan (weighted faktor) dari AHP sehingga menghasilkan analisis yang terintegrasi. Hasil peta keluaran menunjukkan pengaruh tiap input tersebut pada suatu wilayah geografis
klasifikasi dilakukan dengan 5 kelas faktor, yaitu sangat rendah dengan nilai 1, rendah (2), sedang (3), tinggi (4), dan sangat tinggi (5). Setelah ditentukan klasifikasi faktor, selanjutnya adalah menentukan bobot pengaruh faktor dan variabel. Bobot pengaruh faktor dan variabel yang digunakan adalah bobot hasil perhitungan AHP pada sasaran sebelumnya. Dikarenakan dalam analisa Weighted Overlay bobot pengaruh harus dalam bentuk persen, maka bobot pengaruh ini juga akan dikonversi ke dalam persen. Perhitungan analisa Weighted Overlay dilakukan untuk semua faktor kerentanan, yaitu kerentanan lingkungan, kerentanan fisik, kerentanan sosial, dan kerentanan ekonomi. Untuk faktor kerentanan lingkungan, klasifikasi juga dilakukan melalui 5 kelas kerentanan dengan bobot variabel kawasan resapan air sebesar 16,2%, variabel kawasan hutan mangrove dengan bobot 63,7%, dan kawasan terumbu karang dengan bobot 20,1%. Dari hasil analisa, didapat hasil bahwa terdapat 4 zona kerentanan lingkungan, yaitu zona kerentanan lingkungan sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Untuk faktor kerentanan fisik, klasifikasi juga dilakukan melalui 5 kelas kerentanan dengan bobot variabel presentase kawasan terbangun sebesar 26,4%, kepadatan bangunan sebesar17,6%, panjang jalan sebesar 28,2%, jaringan listrik sebesar 15,2%, jaringan telekomunikasi sebesar 4,9%, dan jaringan PDAM sebesar 7,7%. Dari hasil analisa, didapat hasil bahwa terdapat 2 zona kerentanan fisik, yaitu zona kerentanan fisik sedang dan zona kerentanan fisik rendah (Gambar 2). Untuk faktor kerentanan sosial, klasifikasi juga dilakukan melalui 5 kelas kerentanan dengan bobot variabel kepadatan penduduk sebesar 29,5%, laju pertumbuhan penduduk sebesar 35,7%, dan presentase penduduk usia lansia- balita sebesar 34,8%. Dari hasil analisa, didapat hasil bahwa terdapat 3 zona kerentanan sosial, yaitu zona kerentanan sosial sedang, zona kerentanan sosial rendah, dan zona kerentanan sosial sangat rendah
Faktor kerentanan ekonomi, klasifikasi juga dilakukan melalui 5 kelas kerentanan dengan bobot variabel presentase penduduk yang bekerja di sektor rentan sebesar 64,1% dan presentase penduduk miskin sebesar 35,9%. Dari hasil analisa, didapat hasil bahwa terdapat 2 zona kerentanan ekonomi, yaitu zona kerentanan ekonomi tinggi dan zona kerentanan ekonomi sedang. Setelah ditemukan peta per faktor kerentanan, selanjutnya dilakukan analisa kerentanan kawasan secara keseluruhan dari semua faktor. Bobot pengaruh yang digunakan berdasarkan hasil analisa AHP untuk kelompok faktor kerentanan, yaitu kerentanan lingkungan, kerentanan fisik, kerentanan sosial, dan kerentanan ekonom, yaitui: - Kerentanan lingkungan : 0,295 atau 29,5% - Kerentanan fisik : 0,358 atau 35,8% - Kerentanan sosial : 0,144 atau14,4% - Kerentanan ekonomi : 0,203 atau 20,3% Formula yang digunakan untuk menentukan zona kerentanan keseluruhan dalam analisa Weight Overlay yaitu: {29,5 * (Lingkungan_raster) + 35,8 * (Fisik_raster) + 14,4 * (Sosial_raster) + 20,3 * (Ekonomi_raster) }
Dalam penentuan zona kerentanan, digunakan lima kelas kerentanan dengan nilai sebagai berikut: - Zona kerentanan sangat rendah dengan nilai 1 - Zona kerentanan rendah dengan nilai 2 - Zona kerentanan sedang dengan nilai 3 - Zona kerentanan tinggi dengan nilai 4 - Zona kerentanan sangat tinggi dengan nilai 5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini penulis mendapatkan Dari analisa, didapat hasil bahwa faktor kerentanan yang paling mempengaruhi kerentanan terhadap bencana abrasi adalah faktor kerentanan fisik dengan nilai Eigen Value 0,358, kemudian kerentanan lingkungan dengan Eigen Value 0,295, kerentanan ekonomi dengan Eigen Value 0,203, dan kerentanan sosial dengan Eigen Value 0,144. Sedangkan rasio konsistensi (CR) dalam pembobotan faktor kerentanan sebesar 0,00093.
            Hasil analisa, didapat hasil bahwa di kawasan penelitian terdapat dua zona kerentanan terhadap bencana abrasi, yaitu kerentanan rendah dan kerentanan sedang. Zona kerentanan rendah terdapat di Desa Karangagung, Glodok, Leren Kulon, Gesikharjo, Kradenan, Tasikmadu, Panyuran, Beji, Kaliuntu, Wadung, Mentoso, Remen, Tambakboyo, Pabean, Gadon, Bancar, Sukolilo. Sementara zona kerentanan sedang berada di Desa Palang, Desa Sugihwaras, Desa Jenu, Desa Tasikharjo, dan Desa Socorejo Walaupun tingkat kerentanan menunjukkan kerentanan rendah dan sedang, namun ada kemungkinan terjadi peningkatan kerentanan akibat fenomena climate change sehingga harus segera diatasi. Untuk lebih jelasnya, zona tingkat kerentanan terhadap bencana abrasi
            Penulis membhasa hasil yang didapatkan ini berdasarkan pengamatan yang menggunakan analisa Weighted Overlay GIS di kabupaten Tuban

KESIMPULAN

            Kesimpulan yang terdapat di dalam jurnal adalah faktor kerentanan yang memiliki derajat pengaruh terbesar yaitu faktor kerentanan fisik dan faktor yang memiliki derajat pengaruh terendah adalah faktor kerentanan sosial. Terdapat dua zona kerentanan di kawasan penelitian, yaitu zona kerentanan rendah dan zona kerentanan sedang. Zona kerentanan rendah terdapat di Desa Karangagung, Glodok, Leren Kulon, Gesikharjo, Kradenan, Tasikmadu, Panyuran, Beji, Kaliuntu, Wadung, Mentoso, Remen, Tambakboyo, Pabean, Gadon, Bancar, Sukolilo. Sementara zona kerentanan sedang berada di Desa Palang, Desa Sugihwaras, Desa Jenu, Desa Tasikharjo, dan Desa Socorejo.kesimpulan yang didapatkan ini adalah tujuan dari penulis dalam melakukan penelitiannnya

DAFTAR PUSTAKA

Miyasyiwi, Seztifa dan Prasetya, Hendra. 2011. Penanggulagan Abrasi, Erosi, Dan Tsunami dengan Optimalisasi Vegetasi Dan Kontrol Biologis. Bogor: Jurnal Institut Pertanian Bogor.
Carter, R.W.G. 1993. Coastal Environment. London. Academic Press Limited.
Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tuban. 2012. RTRW Kabupaten Tuban. 2012.
Disaster Recovery and Mitigation Handbook Tahun 2004 .
Saaty, Thomas. 1970. Analytical Hierarchy Process. Arc GIS Help.
Utami, Veranita Hadyanti. 2013. Arahan Adaptasi Kawasan Rawan Abrasi Berdasarkan Kerentanan Masyarakat di Pesisir Kabupaten Tuban. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.














Pertanyaan-pertanyaan

1.Tri Anggita

Pada peta perfaktor kerentanan, bobot pengaruh yang digunakan berdasarkan hasil AHP untuk semua kerentanan berapa?
Jawaban : pada bobot ini memiliki 4 kerentanan yaitu
Kerentanan lingkungan           :           0,295 atau 29.5 %
Kerentanan fisik                      :           0,358 atau 35,8 %
Kerentanan social                    :           0,144 atau 14,4 %
Kerentanan ekonomi               :           0,203 atau 20,3 %

2.Fransiska siagian

Pada metode bagaimana penjelasannya tentang setiap metode
Jawaban : metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode yang dilakukan pada penyebaran kuesinoer kepada responden terkait bobot kepentingan yang telah ditentukan . Metode Weighted Overlay GIS analisis yang menentukan klasifikasi tingkat factor

3.Erfina lija pahma

Apa apa saja dampak positif dan negative pada abrasi
Jawaban :
NEGATIF
Pertama, penyusutan area pantai. Penyusutan area pantai merupakan dampak yang paling jelas dari abrasi. Gelombang dan arus laut yang biasanya membantu jalur berangkat dan pulang nelayan ataupun memberi pemandangan dan suasana indah di pinggir pantai kemudian menjadi mengerikan.
Kedua, rusaknya hutan bakau. Penanaman hutan bakau yang sejatinya ditujukan untuk menangkal dan mengurangi resiko abrasi pantai juga berpotensi gagal total jika abrasi pantai sudah tidak bisa dikendalikan.
Ketiga, hilangnya tempat berkumpul ikan perairan pantai. Ini merupakan konsekuensi logis yang terjadi dengan terkikisnya daerah pantai yang diawali gelombang dan arus laut yang destruktif.
POSITIF
Abrasi ini sangat menguntungkan penambang pasir karna bisa mempermudah dalam pengerjaan tambang pasir tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar